Dimana
dalam teori ini tidak mengakui kesamaan dalam suatu masyarakat. Menurut
Weber,stratifikasi merupakan kekuatan sosial yang berpengaruh besar. Seperti
halnya dalam sekolah, pendidikan merupakan variabel kelas atau status.
Pendidikan akan mengantar sesorang untuk mendapatkan status yang tinggi yang
menuju kearah konsumeris yang membedakan dengan kaum buruh. Namun tekanan
disini bukan pada pendidikannya melainkan pada unsur kehidupan yang memisahkan
dengan golongan lain. Menurut Weber, dalam dunia kerja belum tetntu mereka yang
berpendidikan tinggi lebih trampil dengan mereka yang diberi latihan-latihan,
namun pada kenyataanya mereka yang berpendidikan tinggi yang menduduki kelas
penting. Jadi pendidikan seperti dikuasai oleh kaum elit, dan
melanggengkan posisinya untuk mendapatkan status dan kekuasaannya.
Tokoh utama dalam teori ini, selain Karl Marx, adalah Ralp Dahrendorf,Georg
Simmel,C.Wright Mills, dan L.A Coser. Asumsi dasar teori konflik ini antara
lain bahwa masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai
oleh pertentangan yang terus-menerus di antara unsur-unsurnya. Setiap elemen
dalam masyarakat memberikan sumbangan terhadap disintegrasi social. Keteraturan
yang terdapat dalam suatu masyarakat itu hanyalah disebabkn karena adanya
tekanan atau pemaksaa kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Teori
konflik ternyata agak mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada
dalam masyarakat disamping konflik itu sendiri.
Veeger, Karel J (1993 : 92), teori konflik menyatakan bahwa barang yang
berharga seperti kekuasaan dan wewenang, benda-benda material, dan apa yang
menghasilkan kenikmatan, agak langka, sehingga tidak dapat dibagi sama rata
diantara rakyat. Maka telah muncul golongan-golongan dan kelompok-kelompok
oposisi, yang merasa diri dirugikan dan menginginkan porsi lebih besar bagi
dirinya sendiri atau hendak menghalang-halangi atau mencegah pihak lain
memperoleh atau menguasai barang itu.
Teori konflik dalam sosiologi untuk sementara waktu membatasi diri dan
hanya bermaksud menerangkan antagonisme atau ketegangan antara pihak berkuasa
dengan pihak yang dikuasai dalam rangka pengorganisasian struktural yang
tertentu.
Penalaran teori
konflik adalah sebagai berikut :
- Kedudukan orang-orang didalam kelompok atau masyarakat tidak sama, karena ada pihak yang berkuasa dan berwenang dan ada pihak yang tergantung.
- Perbedaan dalam kedudukan menimbulkan kepentingan-kepentingan yang berbeda pula.
- Mula-mula sebagian kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda itu tidak disadari dan karenanya dapat disebut “kepentingan sembunyi “(latent interests) yang tidak akan meletuskan aksi.
- Konflik itu akan berhasil membawa perubahan dalam struktur relasi-relasi sosial, kalau kondisi-kondisi tertentu telah dipenuhi yaitu kondisi –kondisi yang menyangkut keorganisasian, kondisi-kondisi yang menyangkut konflik sendiri dan ada kondisi-kondisi yang menentukan bentuk dan besarnya perubahan struktural.
Teori konflik memandang bahwa kemiskinan didunia ketiga sebagai akibat
proses perkembangan kapitalis didunia barat. Kalau Negara yang berkembang ingin
maju maka harus mampu melepaskan dan memutuskan hubungan dengan Negara-negara
kapitalis. Teori konflik ini meskipun sangat ringkih namun mendapat dukungan
yang luas terutama dari kalangan intelektual muda dikalangan Negara yang
berkembang.
Perkembangan pendidikan hanya merupakan suatu proses strata pikasi social
yang cenderung memperkuat posisi kaum yang selam ini memiliki keistimewaan.
Beberapa asumsi dari teori konflik ;
- Manusia sebagai makhluk hidup memiliki sejumlah kepentingan yang paling dasar yang mereka inginkan dan berusaha untuk mendapatkannya
- Kekuasaan mendapatkan penekanan sebagai pusat hubungan social
- Ideology dan nilai-nilai dipandang sebagai suatu senjata yang digunakan oleh kelompok yang berbeda dan mungkin bertentangan untuk mengejar kepentingan sendiri
Teori konflik sangat bertentangan dengan teori structural fungsional,
penganut paham teori konflik terdapat perbedaan yang tajam dan tidak kalah
serunya dengan perbedaan penganut struktural fungsional. Zamroni (1988, hal
30-32).
Asumsi dasar teori konflik menurut karl marx menyatakan bawa masyarakat
senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang
terus menerus diantara unsur-unsurnya. Syamsir (2006, hal 09)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar