TINGGALKAN KOMENTAR DAN ARGUMEN ANDA,TERIMA KASIH

Sabtu, 07 Desember 2013

STRATEGI PEMBELAJARAN DAN LINGKUNGAN BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN
1.       Latar Belakang
Saat ini dunia pendidikan sangatlah penting bagi para penerus bangsa, dengan kata lain pendidikan merupakan kunci utama untuk membangun suatu bangsa. Tapi di Indonesia kualitas pendidikannya sangat rendah. Ada berbagai strategi  dalam pembelajaran dan lingkungan belajarnya yang perlu dirubah agar menjadi lebih efektif. Kedua hal itu sangat perlu diperhatikan, karena jika pembelajaran tersebut dilakukan secara tidak terarah dan tidak ada strategi yang tepat, maka pembelajaran tersebut tidak akan efektif. Semua waktu dan tenaga akan terbuang sia-sia jika pembelajaran tetap dilakukan, akan tetapi siswa-siswanya tidak bisa menyerap dengan baik karena strategi pembelajarannya tidak tepat dan lingkungan belajarnya yang tidak kondusif. Asesmen di kelas juga sangat penting untuk siswa, asesmen digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan mereka agar guru bisa memberikan pembelajaran yang sesuai dengan pengetahuan siswa. Itu sebabnya, dengan merubah itu semua dapat meningkatkan pembelajaran yang efektif dan bermanfaat.
Penulis akan membahas lebih terperinci tentang strategi pembelajaran yang kondusif dan lingkungan belajarnya dengan merujuk pada buku karangan John W. Santrock dan Jeanne Ellise Ormrod yang bertujuan untuk menginovasi pembelajaran tersebut agar bisa bermanfaat, dapat diterima oleh siswa dengan baik, dan mencegah agar tidak ada kebosanan saat proses pembelajaran berlangsung.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
A.    Pentingnya lingkungan belajar yang kondusif
B.     Perilaku yang tidak sesuai dalam belajar
C.     Keberagaman peserta didik dalam belajar
D.    Upaya dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pentingnya lingkungan belajar yang kondusif
Manajemen kelas yang kondusif memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak (Evertson,Emmer, dan Worsham, 2006; Evertson dan Weinstein, 2006; Larrivee, 2005; Weinstein dan Mignano, 2007). Para ahli mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik dalam mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan perbuatan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Sedangkan pandangan baru lebih memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk meregulasi diri (Bear, 2005a, b, pianta, 2006; Watson dan Battistich, 2006). Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat dapat merusak keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan konstruksi sosial pengetahuan (Charles dan Senter, 2005; Jones dan Jones, 2004).
Menurut sejarah manajemen kelas, guru dianggap sebagai pemimpin. Dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, koordinator, dan fasilitator ( Kauffman, dkk., 2006; Larrivee, 2005). Ketika anda mengeksplorasi berbagai aspek manajemen kelas, sadarilah pentingnya konsultasi dan kerjasama dengan anggota staf lain mengenai isu manajemen (Evertson dan Harris, 1999).
Ada dua tujuan utama manajemen kelas yang kondusif  yaitu:
1.      Membantu siswa lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit waktu untuk aktivitas yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas dapat membantu memaksimalkan waktu pembelajaran guru dan siswa.Mencegah siswa mengembangkan masalah akademis dan emosional.
2.      Jika kelas dikelola dengan baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional. Kelas dikelola dengan baik akan membuat siswa tetap sibuk dengan tugas yang aktif dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat dan termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus diterima oleh siswa. Dengan demikian siswa tidak akan mengembangkan masalah akademis dan emosional.

B.     Prilaku yang tidak sesuai dalam belajar
Perilaku yang tidak sesuai dalam belajar dalam mudjiran.dkk (2007) , hal 151-152, menyebutkan bahwa ini adalah perilaku menyimpang yang bias terjadi di mana-mana sekolah, dalam keluarga, maupun dalam kehidupan masyarakat.
Batasan tentang perilaku menyimpang tidak begitu jelas dan sangat luas. Sebagai acuan bahwa perilaku jelas dan sangat luas. Sebagai acuan bahwa perilaku dapat dikatakan menyimpang, maka Gunarsa (1986) menggolongkannya ke dalam dua jenis, berikut.
1.      Penyimpangan tingkah laku yang bersifat moral dan social yang tidak diatur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan ke dalam pelangaran hokum. Contohnya adalah berbohong, membolos, kabur atau minggat dari rumah, membaca buku porno, berpesta pora semalam suntuk, berpakaian tidak pantas, dan minum-minum keras.
2.      Penyimpangan tingkah laku yang bersifat melangar undang-undang dan hukum,misalnya, berjudi, mebunuh, memperkosa, dan mencuri.
Berdasarkan batasan tentang tingkah laku menyimpang tersebut, dapat dikemukakan bahwa perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja adalah berikut :
a.       Suka bolos/ cabut sebelum pelajaran berakhir
b.      Tidak suka bergaul/suka menyendiri
c.       Suka berbohong kepada guru dan orang lain
d.      Suka berkelahi atau menganggu temanya pada waktu belajar
e.       Suka merusak fasilitas sekolah
f.       Sering mencuri barang-barang kepunyaan orang lain
g.      Suka curi perhatian yang berlebihan
h.      Ugal-ugalan,kebut-kebutan di jalanan sehingga menganggu lalu lintas
i.        Melakukan pemerkosaan dan hubungan seks secara bebas
j.        Pemerasan terhadap teman
k.      Berpikiran ekstrim dan radikal

C.     keberagaman peserta didik dalam belajar.
Keberagaman peserta didik dalam belajar terbagi dalam 7(tujuh) jenis (Gardner,1983) kecerdasan linguistik, meliputi
  1. Kecerdasan matematika-logika, menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
  2. Kecerdasan bahasa, menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya
  3. Kecerdasan musikal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
  4. Kecerdasan kinestetik, menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. 
  5. Kecerdasan interpersonal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. 
  6. Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. 
  7. Kecerdasan naturalis, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam
  8. Kecerdasan eksistensial agama, pemahaman yang baik akan hubungan vertikal, yang teraplikasikan dalam hubungan horisontal.

D.    Upaya dalam menciptakan linkungan belajar yang kondusif
Secara umum, pengelolaan kelas (class management) berarti membangun dan memelihara lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi siswa.Siswa dapat belajar lebih banyak di beberapa lingkungan kelas dibandingkan lingkungan kelas yang lainnya.
Menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan dimana para siswa selalu terlibat dalam aktivitas yang produktif dapat menjadi tugas yang sulit. Bagaimanapun juga, kita harus mengakomodasi kebutuhan unik dari banyak siswa yang berbeda, terkadang harus mengkoordinasikan beberapa aktivitas pada saat yang sama, dan harus sering mengambil keputusan cepat tentang bagaimana merespons peristiwa-peristiwa yang tak terduga (W.Doyle, 1986a).
Selanjutnya, kita harus memvariasikan teknik-teknik pengelolaan kelas kita yang tergantung pada strategi-strategi pengajaran kita yang sedang berjalan;  misalnya, pendekatan pengajaran langsung dan nyata (hands-on approaches) membutuhkan teknik pengelolaan yang sangat berbeda dengan pendekatan ekspositoris (Emmet & Stough,2001). Jadi tidak mengejutkan jika banyak guru pemula menyebut pengelolaan kelas sebagai perhatian utama mereka (Evertson & Weinstein, 2006; V. Jones, 1996; Veenman, 1984).
       Menciptakan lingkungan kondusif untuk belajar diperlukan identifikasi secara khusus untuk mengimplementasikan setiap strategi sebagai berikut:
1.      Mengatur kelas
*     Aturlah prabotan dalam cara-cara yang mendorong interaksi siswa
*     Minimalkan kemungkinan distraksi
*     Aturlah kelas sedemikian rupa agar guru dapat berinteraksi dengan siswa
*     Identifikasi lokasi-lokasi yang mempermudah interaksi dengan siswa
2.      Membangun dan mempertahankan hubungan Guru-Siswa
*     Komunikasi secara rutin kepedulian dan respek kepada siswa sebagai individu
*     Ingat kepedulian dan respek lebih dari afeksi
*     Bekerja keras memperbaiki hubungan
3.      Menciptakan iklim psikologis yang efektif
*     Bangunlah suasana yang berorientasi tujuan
*     Komunikasi
*     Berilah siswa kesempatan untuk mengendalikan kelas
*     Minimalkan persaingan antara siswa
*     Tingkatkan rasa kebersamaan
4.      Menetapkan batasan
*     Tetapkan batasan peraturan dan prosedur di awal tahun
*     Sajikan peraturan dan prosedur secara informasional
*     Tinjaulah peraturan tersebut
*     Tegakkan aturan secara konsisten
5.      Merencanakan aktivitas yang membuat siswa focus pada tugas
*     Pastikanlah siswa terlibat secara produktif
*     Pilihlah tugas dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan pengetahuan
6.      Memonitor apa yang dilakukan siswa
7.      Memodifikasi strategi pengajaran
8.      Mempertimbangkan perbedaan individual dan perkembangan
BAB III
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Dari pendapat dan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebelumnya kita harus tahu mengapa kelas harus dikelola. Pertama, isu manajemen pada kelas-kelas di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Kedua, kelas yang padat, kompleks, dan berpotensi kacau-balau. Ketiga, memulai awal yang baik. Keempat, menekankan pembelajaran dan suasana kelas yang positif. Kelima, tujuan dan strategi manajemen. Yang harus diperhatikan yaitu merancang lingkungan fisik kelas dan menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Kemudian cara menciptakan lingkungan belajar yang produktif yaitu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan menyikapi perilaku yang tidak sesuai, Strategi-strategi asesmen di kelas yang baik juga sangat penting. Ada poin-poin pentingnya seperti beragam bentuk asesmen pendidikan, fungsi asesmen untuk berbagai tujuan, asesmen informal, asesmen tertulis, dan asesmen performa. Ada juga bagaimana cara melibatkan siswa dalam proses asesmen, mengeveluasi alat asesmen melalui analisi pertanyaan, mempertimbangkan keberagaman siswa dalam asesmen kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Cipta,hendisca.2013.keragamansiswa.Diaksesdari     :http://hendhisca.blogspot.com/2013/02/keragaman-siswa-learner-differences.html
Mudjiran,dkk.20017, perkembangan
Santrock, John W. 2011:251. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Salemba Humanika.
Ormrod, Jeanne Ellis. 2009:210. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar