BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat
ini dunia pendidikan sangatlah penting bagi para penerus bangsa, dengan kata
lain pendidikan merupakan kunci utama untuk membangun suatu bangsa. Tapi di
Indonesia kualitas pendidikannya sangat rendah. Ada berbagai strategi dalam pembelajaran dan lingkungan belajarnya
yang perlu dirubah agar menjadi lebih efektif. Kedua hal itu sangat perlu
diperhatikan, karena jika pembelajaran tersebut dilakukan secara tidak terarah
dan tidak ada strategi yang tepat, maka pembelajaran tersebut tidak akan
efektif. Semua waktu dan tenaga akan terbuang sia-sia jika pembelajaran tetap
dilakukan, akan tetapi siswa-siswanya tidak bisa menyerap dengan baik karena
strategi pembelajarannya tidak tepat dan lingkungan belajarnya yang tidak kondusif.
Asesmen di kelas juga sangat penting untuk siswa, asesmen digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengetahuan mereka agar guru bisa memberikan
pembelajaran yang sesuai dengan pengetahuan siswa. Itu sebabnya, dengan merubah
itu semua dapat meningkatkan pembelajaran yang efektif dan bermanfaat.
Penulis
akan membahas lebih terperinci tentang strategi pembelajaran yang kondusif dan
lingkungan belajarnya dengan merujuk pada buku karangan John W. Santrock dan
Jeanne Ellise Ormrod yang bertujuan untuk menginovasi pembelajaran tersebut
agar bisa bermanfaat, dapat diterima oleh siswa dengan baik, dan mencegah agar
tidak ada kebosanan saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang diuraikan tersebut, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
A. Pentingnya
lingkungan belajar yang kondusif
B. Perilaku
yang tidak sesuai dalam belajar
C. Keberagaman
peserta didik dalam belajar
D. Upaya
dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya
lingkungan belajar yang kondusif
Manajemen kelas
yang kondusif memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak (Evertson,Emmer, dan
Worsham, 2006; Evertson dan Weinstein, 2006; Larrivee, 2005; Weinstein dan
Mignano, 2007). Para ahli mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan dalam
pemikiran tentang cara terbaik dalam mengelola kelas. Pandangan sebelumnya
lebih menekankan perbuatan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku
siswa. Sedangkan pandangan baru lebih memfokuskan diri pada kebutuhan siswa
dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk meregulasi diri (Bear, 2005a, b,
pianta, 2006; Watson dan Battistich, 2006). Manajemen kelas yang
mengorientasikan siswa ke arah kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang
ketat dapat merusak keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat
pemikiran yang lebih tinggi, dan konstruksi sosial pengetahuan (Charles dan
Senter, 2005; Jones dan Jones, 2004).
Menurut sejarah
manajemen kelas, guru dianggap sebagai pemimpin. Dalam tren saat ini yang
berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai pembimbing, koordinator, dan
fasilitator ( Kauffman, dkk., 2006; Larrivee, 2005). Ketika anda mengeksplorasi
berbagai aspek manajemen kelas, sadarilah pentingnya konsultasi dan kerjasama
dengan anggota staf lain mengenai isu manajemen (Evertson dan Harris, 1999).
Ada dua tujuan
utama manajemen kelas yang kondusif
yaitu:
1. Membantu
siswa lebih banyak waktu untuk belajar dan lebih sedikit waktu untuk aktivitas
yang tidak mengarah pada tujuan. Manajemen kelas dapat membantu memaksimalkan
waktu pembelajaran guru dan siswa.Mencegah siswa mengembangkan masalah akademis
dan emosional.
2. Jika
kelas dikelola dengan baik tidak hanya membantu perkembangan pembelajaran,
tetapi juga membantu mencegah berkembangnya masalah akademis dan emosional.
Kelas dikelola dengan baik akan membuat siswa tetap sibuk dengan tugas yang
aktif dan menantang, melakukan aktivitas yang membuat siswa menjadi terpikat
dan termotivasi untuk belajar, serta menetapkan peraturan yang jelas yang harus
diterima oleh siswa. Dengan demikian siswa tidak akan mengembangkan masalah
akademis dan emosional.
B. Prilaku
yang tidak sesuai dalam belajar
Perilaku yang
tidak sesuai dalam belajar dalam mudjiran.dkk (2007) , hal 151-152, menyebutkan
bahwa ini adalah perilaku menyimpang yang bias terjadi di mana-mana sekolah,
dalam keluarga, maupun dalam kehidupan masyarakat.
Batasan tentang
perilaku menyimpang tidak begitu jelas dan sangat luas. Sebagai acuan bahwa
perilaku jelas dan sangat luas. Sebagai acuan bahwa perilaku dapat dikatakan
menyimpang, maka Gunarsa (1986) menggolongkannya ke dalam dua jenis, berikut.
1. Penyimpangan
tingkah laku yang bersifat moral dan social yang tidak diatur dalam
undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan ke dalam pelangaran hokum.
Contohnya adalah berbohong, membolos, kabur atau minggat dari rumah, membaca
buku porno, berpesta pora semalam suntuk, berpakaian tidak pantas, dan
minum-minum keras.
2. Penyimpangan
tingkah laku yang bersifat melangar undang-undang dan hukum,misalnya, berjudi,
mebunuh, memperkosa, dan mencuri.
Berdasarkan
batasan tentang tingkah laku menyimpang tersebut, dapat dikemukakan bahwa
perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja adalah berikut :
a. Suka
bolos/ cabut sebelum pelajaran berakhir
b. Tidak
suka bergaul/suka menyendiri
c. Suka
berbohong kepada guru dan orang lain
d. Suka
berkelahi atau menganggu temanya pada waktu belajar
e. Suka
merusak fasilitas sekolah
f. Sering
mencuri barang-barang kepunyaan orang lain
g. Suka
curi perhatian yang berlebihan
h. Ugal-ugalan,kebut-kebutan
di jalanan sehingga menganggu lalu lintas
i.
Melakukan pemerkosaan dan hubungan seks
secara bebas
j.
Pemerasan terhadap teman
k. Berpikiran
ekstrim dan radikal
C. keberagaman
peserta didik dalam belajar.
Keberagaman peserta didik dalam belajar terbagi dalam
7(tujuh) jenis (Gardner,1983) kecerdasan linguistik, meliputi
- Kecerdasan matematika-logika, menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
- Kecerdasan bahasa, menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
- Kecerdasan musikal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.
- Kecerdasan kinestetik, menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
- Kecerdasan interpersonal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain.
- Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri.
- Kecerdasan naturalis, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam.
- Kecerdasan eksistensial agama, pemahaman yang baik akan hubungan vertikal, yang teraplikasikan dalam hubungan horisontal.
D. Upaya
dalam menciptakan linkungan belajar yang kondusif
Secara umum,
pengelolaan kelas (class management) berarti membangun dan memelihara
lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi siswa.Siswa dapat
belajar lebih banyak di beberapa lingkungan kelas dibandingkan lingkungan kelas
yang lainnya.
Menciptakan dan
mempertahankan suatu lingkungan dimana para siswa selalu terlibat dalam
aktivitas yang produktif dapat menjadi tugas yang sulit. Bagaimanapun juga,
kita harus mengakomodasi kebutuhan unik dari banyak siswa yang berbeda,
terkadang harus mengkoordinasikan beberapa aktivitas pada saat yang sama, dan
harus sering mengambil keputusan cepat tentang bagaimana merespons
peristiwa-peristiwa yang tak terduga (W.Doyle, 1986a).
Selanjutnya,
kita harus memvariasikan teknik-teknik pengelolaan kelas kita yang tergantung
pada strategi-strategi pengajaran kita yang sedang berjalan; misalnya, pendekatan pengajaran langsung dan
nyata (hands-on approaches) membutuhkan teknik pengelolaan yang sangat berbeda
dengan pendekatan ekspositoris (Emmet & Stough,2001). Jadi tidak
mengejutkan jika banyak guru pemula menyebut pengelolaan kelas sebagai
perhatian utama mereka (Evertson & Weinstein, 2006; V. Jones, 1996;
Veenman, 1984).
Menciptakan lingkungan kondusif untuk belajar
diperlukan identifikasi secara khusus untuk mengimplementasikan setiap strategi
sebagai berikut:
1. Mengatur kelas
* Aturlah prabotan dalam cara-cara yang
mendorong interaksi siswa
* Minimalkan kemungkinan distraksi
* Aturlah kelas sedemikian rupa agar guru
dapat berinteraksi dengan siswa
* Identifikasi lokasi-lokasi yang
mempermudah interaksi dengan siswa
2. Membangun dan mempertahankan hubungan
Guru-Siswa
* Komunikasi secara rutin kepedulian dan
respek kepada siswa sebagai individu
* Ingat kepedulian dan respek lebih dari
afeksi
* Bekerja keras memperbaiki hubungan
3. Menciptakan iklim psikologis yang efektif
* Bangunlah suasana yang berorientasi tujuan
* Komunikasi
* Berilah siswa kesempatan untuk
mengendalikan kelas
* Minimalkan persaingan antara siswa
* Tingkatkan rasa kebersamaan
4. Menetapkan batasan
* Tetapkan batasan peraturan dan prosedur di
awal tahun
* Sajikan peraturan dan prosedur secara
informasional
* Tinjaulah peraturan tersebut
* Tegakkan aturan secara konsisten
5. Merencanakan aktivitas yang membuat siswa
focus pada tugas
* Pastikanlah siswa terlibat secara
produktif
* Pilihlah tugas dengan tingkat kesulitan
yang sesuai dengan pengetahuan
6. Memonitor apa yang dilakukan siswa
7. Memodifikasi strategi pengajaran
8. Mempertimbangkan perbedaan individual dan
perkembangan
BAB
III
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Dari
pendapat dan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, sebelumnya kita harus tahu mengapa kelas harus
dikelola. Pertama, isu manajemen pada kelas-kelas di Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah. Kedua, kelas yang padat, kompleks, dan berpotensi kacau-balau.
Ketiga, memulai awal yang baik. Keempat, menekankan pembelajaran dan suasana
kelas yang positif. Kelima, tujuan dan strategi manajemen. Yang harus
diperhatikan yaitu merancang lingkungan fisik kelas dan menciptakan lingkungan
yang positif untuk pembelajaran. Kemudian cara menciptakan lingkungan belajar
yang produktif yaitu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan
menyikapi perilaku yang tidak sesuai, Strategi-strategi asesmen di kelas yang
baik juga sangat penting. Ada poin-poin pentingnya seperti beragam bentuk asesmen
pendidikan, fungsi asesmen untuk berbagai tujuan, asesmen informal, asesmen
tertulis, dan asesmen performa. Ada juga bagaimana cara melibatkan siswa dalam
proses asesmen, mengeveluasi alat asesmen melalui analisi pertanyaan,
mempertimbangkan keberagaman siswa dalam asesmen kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Cipta,hendisca.2013.keragamansiswa.Diaksesdari
:http://hendhisca.blogspot.com/2013/02/keragaman-siswa-learner-differences.html
Mudjiran,dkk.20017,
perkembangan
Santrock,
John W. 2011:251. Psikologi Pendidikan.
Jakarta:Salemba Humanika.
Ormrod,
Jeanne Ellis. 2009:210. Psikologi
Pendidikan. Jakarta:Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar