TINGGALKAN KOMENTAR DAN ARGUMEN ANDA,TERIMA KASIH

Sabtu, 07 Desember 2013

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sosiologi-antropologi Bernuansa SOFT SKILLS



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Melihat keadaan moral peserta didik bangsa Indonesia yang dewasa ini yang jauh dari nilai-nilai leluhur yang beradab dan bermoral, yang mencoreng dunia pendidikan seperti contoh yang kita lihat di media, baik koran atau televisi yang memberitakan kasus-kasus seperti pelajar tawuran,tindakan asusila dan sebagainya, yang berkaitan dengan lemahnya akhlak dan moral peserta didik. Yang dapat mencoreng wajah para pendidik sebagai guru mereka. memang seharusnya ada pendidikanlah yang dapat tempat yang di prioritaskan utamakan dalam masa perkembangan siswa , pendidikan yang akan membawa perubahan terhadap keteraturan nilai, norma yang sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan sosiologi-antropologi juga dapat menjadi solusi dalam perkembangan pendidikan karakter, dengan mendisain sosiologi-antropologi dengan kurikulum yang bernuansa soft skills, dengan mengaitkan  semua materi pelajaran sosiologi-antropologi dengan penerapan soft skills. Sehingga mampu menjadikan kemahiran interaksi adalah kemahiran seseorang untuk saling berhubung dan bertindak balas dengan persekitarannya dan kecemerlangan dalam beberapa aspek seperti personaliti, berkomunikasi, sikap bersopan-santun, memiliki pergaulan yang luas dan bersikap optimis.

B.      Rumusan Masalah
Dari makalah yang berjudul Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sosiologi-antropologi Bernuansa SOFT SKILLS ini, kami dapat mengambil beberapa rumusan masalah antara lain :


a.       Apa pengertian kurikulum itu ?
b.   Apa latar belakang pengembangan dan bagaimana pengembangan kurikulum pendidikan sosiologi-antropolgi bernuansa soft skills.
c.       Apa fungsi kurikulum pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa dot skills ?
d.     Bagaiman peran guru pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa soft skills ? dan sebagainya


  BAB II
PEMBAHASAN

Dalam pengembangan kualitas pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa soft skills tentunya banyak hal yang perlu di perbahrui, baik itu dari system,metode, kurikulum, dan sebagainya. Untuk itu dibawah ini akan sedikit membahas mengenai pengembangan kurikulum pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa soft skills
A.    Pengertian Kurikulum
Kata Kurikulum pada awalnya berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari mulai dari start sampai finish. Kemudian pengertian ini diterapkan dalam bidang Pendidikan. Pengertian Kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli cukup bervariasi, namun dari pengertian para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai penekanan makna dari istilah tersebut.
Versi yang pertama yaitu, para ahli yang menekankan Kurikiulum kepada isi pelajaran atau mata kuliah, dalam artian bahwa kurikulum bermakna sejumlah mata pelajaran atau mata kuliah yang harus ditempuh oleh peserta didik guna mencapai suatu ijazah atau tingkat. Dalam versi ini terdapat tiga buah komponen yang harus termuat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara pembelajaran baik berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya. Para ahli yang pendapatnya lebih menekankan  makna seperti di atas antara lain, Nasution (1982), Al-Syaibay (1979), Morrison dan Ross,UU Sisdiknas Nomor 2/1989, Sisdiknas Nomor 20/2003.
Kedua, para ahli yang lebih menekankan kepada pengalaman pendidikan, budaya, social, olahraga, dan seni yang disediakan oleh pihak sekolah maupun lembaga bagi peserta didiknya baik di dalam maupun diluar sekolah. Dalam versi kedua ini pendidik/guru hanya sebagai fasilitator atau pengembang/pendorong dari pengalaman serta minat, bakat yang di sesuaikan dengan peserta didik atau muridnya. Beberapa ahli yang mengutarakan pendapatnya dengan versi kedua ini antara lain, Kamil dan Sarhan (1968), Doll (1974), Saylor dan Alexander (1966), Olivia (1988).
Versi Ketiga, adalah versi yang memaknai atau mengartikan makna “kurikulum” dengan cara memadukan kudua versi di atas yaitu menekankan makna ”kurikulum” kepada pengalaman dan isi, tujuan, dan bahan pendidikan itu sendiri. Kurikulum yang bertujuan dari dua kurikulum di atas.
B. sosiologi atau sosiologi antropolgi
Seringkali kita mengucapkan sebuah kata atau kalimat yang kita pahami maksudnya akan tetapi tidak bisa kita jelaskan dan tidak bisa kita membuat orang yang mendengarkan menjadi mengerti seperti halnya kita yang mengucapkannya. Begitu pula halnya dengan kedua kalimat ini “mata pelajaran sosiologi atau sosiologi-antropologi”.
Banyak orang yang mengira bahwa mata pelajaran ini terpisah namun dalam tingkay sekolah sebenarya mata pelajaran ini satu namun hanya kebijakan kurukulum yang mebuat mata pelajaran ini terpisah,namun dalam kurikulum 2013 sosiologi dan antropologi menyatu kembali dan Ian menjadi mata pelajaran sosiologi antropologi.


C.     Pengembangan Kurikulum sosiologi-antropologi bernuansa soft skills.
Dari beberapa paparan mengenai pengertian kurikulum di atas, pengembangan kurikulum sosiologi-antropologi bernuansa soft skills dapat diartikan sebagai :
1.      Kegiatan menghasilkan kurikulum sosiologi-antropologi bernuansa soft skills, atau
2.      Proses yang mengaitkan satu komponen dengan komponen yang lainnya guna tercapainya kurikulum sosiologi-antropologi yang lebih baik.
3.      Kegiatan penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum sosiologi-antropologi bernuansa soft skills

Dalam realita sejarahnya, pengembangan kurikulum sosiologi-antropologi mengalami perubahan-perubahan paradigma, namun tidak secara keseluruhan yang mengalami perubahan. Hal tersebut di sebabkan oleh berbagai factor yaitu :
1.      Daya hafal dan daya ingat dari para penghafal mengenai teks-teks pelajaran sosiologi-antropologi itu sendiri, sehingga berimbas kepada bagaimana cara mencapai tujuan pembelajaran
2.      Perubahan dari cara berfikir tektual ke cara berfikir yang kontekstual.
3.      Perubahan yang di sebabkan oleh para pendahulu yang menekankan kea rah tertentu.
4.      Perubahan dari yang pada mulanya hanya terpaku kepada seorang ahli atau pakar saja yang tidak melibatkan keterlibatan orang lain atau orang banyak kea arah yang melibatkan berbagai aspek mulai dari guru, murid sampai ke masyarakat.

D.    Fungsi Kurikulum sosiologi-antropologi bernuansa soft skills
1.      Bagi Sekolah yang bersangkutan :
a.       Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan sosiologi-antropologi yang bernuansa soft skills atau guna mencapai standar kompetensi yang meliputi fungsi dan tujuan pendidikan Nasional,.
b.      Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa soft skills di sekolah.
2.      Bagi sekolah di atasnya
a.       Melakukan penyesuaian
b.      Menjaga ke efisienan
c.       Menjaga kesinambungan.
3.      Bagi masyarakat
a.       Posisi masyarakat sebagai pengguna, sehingga pihak lembaga/sekolah perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan pada masyarakat
b.      Adanya kerjasama yang harmonis dalam pembenahan dan pengembangan kurikulum sosiologi-antropologi bernuansa soft skills.

E.     Proses Pengembangan Kurikulum
Jikalau kita hendak membicarakan proses tentulah kita akan mendapatkan sebuah tahapan-tahapan yang tertanam di dalamnya. Begitu pula dengan proses pengembangan kurikulum sosiologi-antropologi yang bernuansa soft skills yang mempunyai beberapa tahapan di dalamnya.
Tahapan pertama adalah tahapan kegiatan perencanaan kurikulum. Di dalam perencanaan ini, di dahului oleh pengumpulan ide-ide yang akan di tuangkan dan di tuangkan dalam program. Ide-ide tersebut dapat berasal dari;
a.       Visi yang dicanangkan
b.      Kebutuhan stakeholders
c.       Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntujan zaman dan iptek
d.      Pandangan para ahli yang di dasari oleh berbagai macam latar belakang
e.       Kecendrungan era globalisasi yang menuntut setiap individu untuk bekerja seoanjang hayatnya, melek social, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi

Kelima ide tersebut kemudian diramu sedemikian rupa untuk dikembangkan dalam program atau kurikulum sebagai dokumen.
Tahapan selanjutnya yaitu, dokumen yang telah dibuat tersebut dikembangkan dan di sosialisasikan dalam proses pelaksanaan KBM.
Setelah pensosialisasian dan pelaksanaanya dilakukan, kemudian dilakukan evaluasi ketika atau setelah kurikulum yang diberikan diterapkan, hal ini untuk mengetahui tingkat ke evisian serta tingkat ke efektivisan dari kurikulum yang diterapkan. Selain itu evaluasi ini juga berguna bagi pembaharuan kurikulum yang hendak di pakai selanjutnya.









BAB III
           PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa pengembangan kurikulum pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa soft skills ini sangatlah penting, hal ini selain untuk memperbaiki diri dari pendidikan sosiologi-antropologi dan untuk mengikuti tuntutan era sekarang ini. Pembaharuan ini sangat diperlukan guna memperbaikin pengecapan masyarakat serta untuk merubah moral bangsa kita yang cukup merosot ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar