BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat keadaan moral peserta didik
bangsa Indonesia yang dewasa ini yang jauh dari nilai-nilai leluhur yang
beradab dan bermoral, yang mencoreng dunia pendidikan seperti contoh yang kita
lihat di media, baik koran atau televisi yang memberitakan kasus-kasus seperti
pelajar tawuran,tindakan asusila dan sebagainya, yang berkaitan dengan lemahnya
akhlak dan moral peserta didik. Yang dapat mencoreng wajah para pendidik
sebagai guru mereka. memang seharusnya ada pendidikanlah yang dapat tempat yang
di prioritaskan utamakan dalam masa perkembangan siswa , pendidikan yang akan
membawa perubahan terhadap keteraturan nilai, norma yang sesuai dengan
kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan sosiologi-antropologi juga
dapat menjadi solusi dalam perkembangan pendidikan karakter, dengan mendisain
sosiologi-antropologi dengan kurikulum yang bernuansa soft skills, dengan mengaitkan
semua materi pelajaran sosiologi-antropologi
dengan penerapan soft skills. Sehingga mampu menjadikan kemahiran interaksi
adalah kemahiran seseorang untuk saling berhubung dan bertindak balas dengan
persekitarannya dan kecemerlangan dalam beberapa aspek seperti personaliti, berkomunikasi,
sikap bersopan-santun, memiliki pergaulan yang luas dan bersikap optimis.
B. Rumusan Masalah
Dari makalah yang berjudul “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sosiologi-antropologi Bernuansa SOFT
SKILLS ini, kami dapat mengambil
beberapa rumusan masalah antara lain :
a.
Apa pengertian kurikulum itu ?
b. Apa latar
belakang pengembangan dan bagaimana pengembangan kurikulum pendidikan sosiologi-antropolgi bernuansa soft skills.
c.
Apa fungsi kurikulum pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa dot skills ?
d. Bagaiman
peran guru pendidikan
sosiologi-antropologi bernuansa soft skills ? dan sebagainya
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pengembangan kualitas pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa soft
skills tentunya banyak hal yang perlu di perbahrui, baik itu dari
system,metode, kurikulum, dan sebagainya. Untuk itu dibawah ini akan sedikit
membahas mengenai pengembangan kurikulum pendidikan sosiologi-antropologi
bernuansa soft skills
A. Pengertian Kurikulum
Kata Kurikulum pada awalnya berasal dari bahasa
Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu currere yang
berarti jarak tempuh lari mulai dari start sampai finish. Kemudian pengertian
ini diterapkan dalam bidang Pendidikan. Pengertian Kurikulum yang dikemukakan
oleh para ahli cukup bervariasi, namun dari pengertian para ahli tersebut dapat
ditarik kesimpulan mengenai penekanan makna dari istilah tersebut.
Versi yang pertama yaitu, para ahli yang
menekankan Kurikiulum kepada isi pelajaran atau mata kuliah, dalam artian bahwa
kurikulum bermakna sejumlah mata pelajaran atau mata kuliah yang harus ditempuh
oleh peserta didik guna mencapai suatu ijazah atau tingkat. Dalam versi ini
terdapat tiga buah komponen yang harus termuat dalam kurikulum, yaitu tujuan,
isi dan bahan pelajaran, serta cara pembelajaran baik berupa strategi
pembelajaran maupun evaluasinya. Para ahli yang pendapatnya lebih
menekankan makna seperti di atas antara lain, Nasution (1982), Al-Syaibay
(1979), Morrison dan Ross,UU Sisdiknas Nomor 2/1989, Sisdiknas Nomor 20/2003.
Kedua, para ahli yang lebih menekankan kepada pengalaman pendidikan,
budaya, social, olahraga, dan seni yang disediakan oleh pihak sekolah maupun
lembaga bagi peserta didiknya baik di dalam maupun diluar sekolah. Dalam versi
kedua ini pendidik/guru hanya sebagai fasilitator atau pengembang/pendorong
dari pengalaman serta minat, bakat yang di sesuaikan dengan peserta didik atau
muridnya. Beberapa ahli yang mengutarakan pendapatnya dengan versi kedua ini
antara lain, Kamil dan Sarhan (1968), Doll (1974), Saylor dan Alexander (1966),
Olivia (1988).
Versi Ketiga, adalah versi yang memaknai
atau mengartikan makna “kurikulum” dengan cara memadukan kudua versi di atas
yaitu menekankan makna ”kurikulum” kepada pengalaman dan isi, tujuan, dan bahan
pendidikan itu sendiri. Kurikulum yang bertujuan dari dua kurikulum di atas.
B. sosiologi atau sosiologi antropolgi
Seringkali kita mengucapkan sebuah kata atau
kalimat yang kita pahami maksudnya akan tetapi tidak bisa kita jelaskan dan
tidak bisa kita membuat orang yang mendengarkan menjadi mengerti seperti halnya
kita yang mengucapkannya. Begitu pula halnya dengan kedua kalimat ini “mata
pelajaran sosiologi atau sosiologi-antropologi”.
Banyak orang yang mengira bahwa mata pelajaran
ini terpisah namun dalam tingkay sekolah sebenarya mata pelajaran ini satu
namun hanya kebijakan kurukulum yang mebuat mata pelajaran ini terpisah,namun
dalam kurikulum 2013 sosiologi dan antropologi menyatu kembali dan Ian menjadi
mata pelajaran sosiologi antropologi.
C. Pengembangan Kurikulum
sosiologi-antropologi bernuansa soft skills.
Dari beberapa paparan mengenai pengertian
kurikulum di atas, pengembangan kurikulum sosiologi-antropologi bernuansa soft
skills dapat diartikan sebagai :
1. Kegiatan
menghasilkan kurikulum sosiologi-antropologi bernuansa soft skills, atau
2. Proses yang
mengaitkan satu komponen dengan komponen yang lainnya guna tercapainya
kurikulum sosiologi-antropologi yang lebih baik.
3. Kegiatan
penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum
sosiologi-antropologi bernuansa soft skills
Dalam realita sejarahnya, pengembangan kurikulum sosiologi-antropologi
mengalami perubahan-perubahan paradigma, namun tidak secara keseluruhan yang
mengalami perubahan. Hal tersebut di sebabkan oleh berbagai factor yaitu :
1. Daya hafal dan
daya ingat dari para penghafal mengenai teks-teks pelajaran
sosiologi-antropologi itu sendiri, sehingga berimbas kepada bagaimana cara mencapai
tujuan pembelajaran
2. Perubahan dari
cara berfikir tektual ke cara berfikir yang kontekstual.
3. Perubahan yang
di sebabkan oleh para pendahulu yang menekankan kea rah tertentu.
4. Perubahan dari
yang pada mulanya hanya terpaku kepada seorang ahli atau pakar saja yang tidak
melibatkan keterlibatan orang lain atau orang banyak kea arah yang melibatkan
berbagai aspek mulai dari guru, murid sampai ke masyarakat.
D. Fungsi Kurikulum
sosiologi-antropologi bernuansa soft skills
1.
Bagi Sekolah yang bersangkutan :
a. Sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan sosiologi-antropologi yang bernuansa soft
skills atau guna mencapai standar kompetensi yang meliputi fungsi dan tujuan
pendidikan Nasional,.
b. Pedoman untuk
mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa soft
skills di sekolah.
2.
Bagi sekolah di atasnya
a. Melakukan
penyesuaian
b. Menjaga ke
efisienan
c. Menjaga
kesinambungan.
3.
Bagi masyarakat
a. Posisi
masyarakat sebagai pengguna, sehingga pihak lembaga/sekolah perlu mengetahui
kebutuhan-kebutuhan pada masyarakat
b. Adanya kerjasama
yang harmonis dalam pembenahan dan pengembangan kurikulum sosiologi-antropologi
bernuansa soft skills.
E. Proses Pengembangan
Kurikulum
Jikalau kita hendak membicarakan proses tentulah
kita akan mendapatkan sebuah tahapan-tahapan yang tertanam di dalamnya. Begitu
pula dengan proses pengembangan kurikulum sosiologi-antropologi yang bernuansa
soft skills yang mempunyai beberapa tahapan di dalamnya.
Tahapan pertama adalah tahapan kegiatan
perencanaan kurikulum. Di dalam perencanaan ini, di dahului oleh pengumpulan
ide-ide yang akan di tuangkan dan di tuangkan dalam program. Ide-ide tersebut
dapat berasal dari;
a. Visi yang
dicanangkan
b. Kebutuhan stakeholders
c. Hasil
evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntujan zaman dan iptek
d. Pandangan para
ahli yang di dasari oleh berbagai macam latar belakang
e.
Kecendrungan era globalisasi yang menuntut setiap individu untuk bekerja
seoanjang hayatnya, melek social, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi
Kelima ide tersebut kemudian diramu sedemikian
rupa untuk dikembangkan dalam program atau kurikulum sebagai dokumen.
Tahapan selanjutnya yaitu, dokumen yang telah
dibuat tersebut dikembangkan dan di sosialisasikan dalam proses pelaksanaan
KBM.
Setelah pensosialisasian dan pelaksanaanya
dilakukan, kemudian dilakukan evaluasi ketika atau setelah kurikulum yang
diberikan diterapkan, hal ini untuk mengetahui tingkat ke evisian serta tingkat
ke efektivisan dari kurikulum yang diterapkan. Selain itu evaluasi ini juga
berguna bagi pembaharuan kurikulum yang hendak di pakai selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa pengembangan kurikulum
pendidikan sosiologi-antropologi bernuansa soft skills ini sangatlah penting,
hal ini selain untuk memperbaiki diri dari pendidikan sosiologi-antropologi dan
untuk mengikuti tuntutan era sekarang ini. Pembaharuan ini sangat diperlukan
guna memperbaikin pengecapan masyarakat serta untuk merubah moral bangsa kita
yang cukup merosot ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar